Catat ! Teks Arab – Latin SHOLAWAT FATIH , Faedah dan Keutamaannya
Sholawat Fatih adalah salah satu
shalawat yang kerap dibaca masyarakat di Indonesia. Sholawat ini sebagaimana namanya (Fatih = Pembuka)
adalah lafal shalawat yang diharapkan menjadi wasilah atau perantara harapan
kita kepada Allah agar segala macam kebuntuan dan kemacetan persoalan yang
sedang dihadapi dapat terbuka.
Syeikh Ahmad Tijani ra. belum pernah memberi suatu pernyataan sedikitpun bahwa Shalawat al-Fatih itu sebagian dari Alquran, kitabullah, hadits qudsi atau wahyu kenabian. Beliau juga belum pernah menyatakan Shalawat al-Fatih lebih utama dari Alquran atau mengimbanginya. Tidak ada satu kalam pun yang melebihi Alquran, begitulah yang ditegaskan oleh Syeikh Ahmad Tijani.
Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW ada yang menggunakanwasallam/wasallim dan ada yang tidak menggunakan wassallam/wassallim.[1]
Sholawat yang menggunakan wasallam/wasallim adalah shalawat orang mu'min dari firman Allah SWT:
Yaa Ayyuhalladziina aamanuu shalluu 'alahii wasallimuu tasliimaa
Kalau shalawat itu dari firman Allah SWT :
Innallaaha wa malaaikatahuu yushalluuna 'alan nabiy
dan orang mu'min hanya menirukan saja, maka shalawat itu tanpa wasallam/wasallimsebagaimana Shalawat al-Fatih dan lainnya.
Ketika Syeikh Ahmad bin Muhammad ditanya: Mengapa Sholawat al-Fatih tidak ada wasallim-nya?
Kemudian malaikat datang membawa kain bertuliskan Shalawat al-Fatih dengan tulisan cahaya, sebab itu diberi nama Shalawat Al-Bakriyah sebagaimana juga diberi nama Al-Yaaqutatul Faridah- permata Yaqut yang tidak ada duanya, tetapi kemudian terkenal dengan Shalawat al-Fatih.
Setelah 16 tahun (1180-1196 H) dalam usia 46 tahun Al-Quthbul Maktum Asy-Syeikh Ahmad bin Muhammad bin Asy-Syarif Al-Hasani At-Tijani ra. berjumpa Sayyidul Wujud SAW dalam keadaan jaga tidak dalam tidur/mimpi dan diberi ijazah Shalawat Al-Fatih dan diberi penjelasan tentang pahalanya, sirr-nya, faedahnya dan keistimewaannya juga tingkatan memberi ijazah pada orang lain.
Tingkatan Ijazah yang pertama:
1. Yang pertama harus yakin bahwa Shalawat Al-Fatih itu langsung dari Allah SWT, bukan karangan makhluk
2. Harus talqin dari yang mendapat izin menalqinnya. Ijazah ini untuk umum
Syeikh Ahmad berkata: Talqinkan Shalawat Al-Fatih itu kepada manusia agar mereka mati membawa iman.
Adapun teks arab dan juga latinnya dari lafal
sholawat fatih berikut terjemahannya adalah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
الفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ وَالنَّاصِرِ الحَقَّ
بِالحَقِّ وَالهَادِي اِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى
اَلِهِ وَأَصْحَابِهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ
Allāhumma shalli wa sallim wa bārik
‘alā sayyidinā Muhammadinil Fātihi limā ughliqa, wal khātimi limā sabaqa, wan
nāshiril haqqā bil haqqi, wal hādī ilā shirātin mustaqīm (ada yang baca
'shirātikal mustaqīm'). Shallallāhu ‘alayhi, wa ‘alā ālihī, wa ashhābihī haqqa
qadrihī wa miqdārihil ‘azhīm.
Artinya,“Ya Allah, limpahkanlah
shalawat, salam, dan keberkahan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW,
pembuka apa yang terkunci, penutup apa yang telah lalu, pembela yang hak dengan
yang hak, dan petunjuk kepada jalan yang lurus. Semoga Allah melimpahkan
shalawat kepadanya, keluarga dan para sahabatnya dengan hak derajat dan
kedudukannya yang agung.”
Mengapa shalawat ini disebut Sholawat
al-Fatih? Sholawat ini disusun oleh al-'Arif al-Kabir Sayyid Muhammad al-Bakri.
Shalawat al-Fatih adalah salah satu
ciri khas dari Tarekat Tijani. Diantara keistimewaan shalawat fatih tidak ada
yang menyimpang dari ayat atau kandungan Alquran, tetapi harus diingat bahwa
Shalawat al-Fatih bukan sebagian dari Alquran.
Syeikh Ahmad Tijani ra. belum pernah memberi suatu pernyataan sedikitpun bahwa Shalawat al-Fatih itu sebagian dari Alquran, kitabullah, hadits qudsi atau wahyu kenabian. Beliau juga belum pernah menyatakan Shalawat al-Fatih lebih utama dari Alquran atau mengimbanginya. Tidak ada satu kalam pun yang melebihi Alquran, begitulah yang ditegaskan oleh Syeikh Ahmad Tijani.
Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW ada yang menggunakanwasallam/wasallim dan ada yang tidak menggunakan wassallam/wassallim.[1]
Sholawat yang menggunakan wasallam/wasallim adalah shalawat orang mu'min dari firman Allah SWT:
Yaa Ayyuhalladziina aamanuu shalluu 'alahii wasallimuu tasliimaa
Kalau shalawat itu dari firman Allah SWT :
Innallaaha wa malaaikatahuu yushalluuna 'alan nabiy
dan orang mu'min hanya menirukan saja, maka shalawat itu tanpa wasallam/wasallimsebagaimana Shalawat al-Fatih dan lainnya.
Ketika Syeikh Ahmad bin Muhammad ditanya: Mengapa Sholawat al-Fatih tidak ada wasallim-nya?
Beliau menjawab: Haakadzaa minal
ghaaib, demikianlah dari al-ghaaib.
Lama sekali Al-Quthb Asy-Syeikh
Muhammad bin Abil Hasan Al-Bakri As-Shiddiq beribadah, munajat dan mohon kepada
Allah SWT agar diberi shalawat yang pahala-pahala, sirr-sirr, faidah-faidah dan
keistimewaan semua shalawat masuk di dalamnya.
Kemudian malaikat datang membawa kain bertuliskan Shalawat al-Fatih dengan tulisan cahaya, sebab itu diberi nama Shalawat Al-Bakriyah sebagaimana juga diberi nama Al-Yaaqutatul Faridah- permata Yaqut yang tidak ada duanya, tetapi kemudian terkenal dengan Shalawat al-Fatih.
Setelah 16 tahun (1180-1196 H) dalam usia 46 tahun Al-Quthbul Maktum Asy-Syeikh Ahmad bin Muhammad bin Asy-Syarif Al-Hasani At-Tijani ra. berjumpa Sayyidul Wujud SAW dalam keadaan jaga tidak dalam tidur/mimpi dan diberi ijazah Shalawat Al-Fatih dan diberi penjelasan tentang pahalanya, sirr-nya, faedahnya dan keistimewaannya juga tingkatan memberi ijazah pada orang lain.
Tingkatan Ijazah yang pertama:
1. Yang pertama harus yakin bahwa Shalawat Al-Fatih itu langsung dari Allah SWT, bukan karangan makhluk
2. Harus talqin dari yang mendapat izin menalqinnya. Ijazah ini untuk umum
Syeikh Ahmad berkata: Talqinkan Shalawat Al-Fatih itu kepada manusia agar mereka mati membawa iman.
Lafal teks shalawat fatih ini
dikutip dari Kitab Perukunan Melayu. Dalam kitab itu terdapat kutipan dari
Syekh Al-Arif Al-Kubra yang menyebutkan semacam khasiat atas pembacaan shalawat
fatih tersebut. “Kata Syekh Al-Arif
Al-Kubra, ‘Barang siapa membaca shalawat ini seumur hidupnya sekali, niscaya ia
dipelihara Allah Ta‘ala dari api neraka dan mewajibkan baginya husnul
khatimah,’” (Lihat Perukunan Melayu, [Jakarta, Al-‘Aidrus: tanpa tahun],
halaman 52).
Pada prakteknya, kadang redaksi dari
sholawat Fatih ini ada yang sedikit berbeda, namun artinya sama. Yang juga
sering dipakai adalah teks sholawat fatih di bawah ini:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ، الْفَاتِحِ لِمَا
أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ، وَالْهَادِي
إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ
العَظِيْمِ .
Para ulama memperkenalkan banyak
lafal shalawat. Hal ini tidak menjadi masalah. Yang perlu dihindari adalah
penggunaan lafal yang tidak layak bagi para nabi dan rasul seperti lafal
“rahimahullāh atau rahimahumullāh”, “radhiyallāh ‘anhu atau ‘anhum”, atau
“karramallāhu wajhahū atau ‘anhum.”
ولا يجوز الدعاء للنبي صلى الله عليه وسلم بغير الوارد كرحمه الله بل
المناسب واللائق في حق الأنبياء الدعاء بالصلاة والسلام
Artinya, “Tidak boleh mendoakan Nabi
Muhammad SAW dengan lafal yang tidak warid seperti lafal ‘Rahimahullāhu’.
Tetapi lafal yang sesuai dan layak untuk para nabi dan rasul adalah lafal
shalawat dan salam,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Kasyifatus Saja, [Indonesia,
Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 4).
Itulah lafal teks sholawat fatih dalam
bahasa arab dan latin berikut terjemahannya. Shalawat ini biasa dibaca setelah
shalat lima waktu, saat tahlilan arwah, dan saat berdoa pada kesempatan
keagamaan lainnya. Semoga Allah membiasakan mulut dan hati kita dalam membaca
shalawat dan kalimah thayyibah lainnya. Semoga bermanfaat.
Belum ada Komentar untuk "Catat ! Teks Arab – Latin SHOLAWAT FATIH , Faedah dan Keutamaannya "
Posting Komentar